Linktodays.com – Pandemi COVID-19 tak menjadi alasan terkukungnya kreativitas. Ini yang ditunjukan 20 perempuan dalam Buku Kumpulan Cerpen berjudul ‘Jejak Langkah Puan‘. Buku baru yang berisikan petualangan rasa dari 20 perempuan tersebut rilis secara virtual di tengah pandemi COVID-19.
“Suatu hal yang sangat disyukuri, mengingat saat ini adalah masa pandemi yang membuat gerak langkah kami, Padmedia Publisher, sangat terbatas. Suatu ironi, mengingat ini adalah buku tentang jalan-jalan tetapi saat peluncuran bukunya para penulis yang terdiri atas 20 perempuan ini malah berada di rumah masing-masing. Tapi ini justru melahirkan kreativitas kami untuk menyelenggarakan peluncuran buku meski secara virtual,” jelas Wina Bojonegoro, Founder dan CEO Padmedia Publisher, penerbit buku ‘Jejak Langkah Puan‘, kepada Basra, Sabtu (10/10/2020).
Meski berisi tentang kisah perjalanan 20 perempuan, namun buku ‘Jejak Langkah Puan’ ini, kata Wina, berbeda dengan buku tentang perjalanan lainnya. Buku ini tidak melulu bicara tentang destinasi, bagaimana cara menuju ke tempat tersebut, atau menu khas yang harus dicoba di sana, melainkan catatan tentang petualangan rasa yang dialami penulisnya.
“Bagaimana rasanya jika seorang yang phobia pesawat terbang harus berjuang setiap akan memulai perjalanannya. Ini ada dalam tulisan Sisca Maya, Fright to Fly, but Fly Aniway,” imbuh Wina.
Adapula cerita Endang P. Uban, dalam ‘Perjalanan ala Ninja Hatori’ yang berkisah bagaimana piknik yang seharusnya simpel tetapi ternyata harus berkutat dengan 8 ekor ayam hidup. Atau bagaimana jumpalitannya seorang guide yang harus menata sekolah yang sedang libur seolah-olah sedang ada kegiatan belajar karena ada serombongan turis Rusia yang ingin mengetahui kehidupan masyarakat Tengger seperti yang ditulis oleh Yoni Astuti dalam ‘Bromo Tidak Selalu Sun Rise’.
“Dan masih ada 17 kisah perjalanan lainnya. Menarik, karena tidak semua yang tergabung dalam buku ini adalah penulis atau traveller, meski ada juga mantan wartawan dan guide profesional yang ikut berbagi cerita,” tukas Wina.
Meski demikian Padmedia Publisher, lanjut Wina, tetap memegang komitmen untuk menerbitkan tulisan dengan kualitas setara penulis profesional. Dari sekitar 50 tulisan yang masuk, dilakukan kurasi untuk penentuan layak muat atau tidak, dilanjutkan dengan proses editing dan coaching kepada mereka yang tulisannya lolos.
Baca Juga: Terinspirasi Buku Puisi Ruang Tunggu, Alya Zurayya Rilis Lagu Dua Senandika, Berikut Ini!
Baca Juga: Polda Metro Jaya Selidiki Adanya Perusuh Unras dari Luar Kota yang Dibayar
Baca Juga: Netflix Siap Rilis Film ‘Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi’ Diperankan Jefri Nichol & Aurora
“Di tahap ini beberapa tulisan berguguran sehingga akhirnya tersaring 20 tulisan yang masuk dalam buku Jejak Langkah Puan. Inilah cara kami untuk konsisten menerbitkan buku yang berkualitas, bagi mereka yang belum pernah menulis sekalipun,” ujar Wina.
Wina menegaskan, menerbitkan buku bukan lagi impian di awang-awang bagi mereka yang ingin mempunyai buku karya sendiri, minimal sekali dalam hidupnya.
Buku berjudul Jejak Langkah Puan ini merupakan bagian dari buku HIIB (Hidup Ini Indah, Beib) ke 5, Perempuan Mbolang yang sudah ada sebelumnya.
Wina menuturkan, serial HIIB (Hidup Ini Indah Beib) juga tidak berhenti sampai di sini. Setelah ini akan terbit HIIB edisi para dokter yang akan bercerita tentang suka duka mereka dalam menjalani profesinya, dilanjutkan dengan HIIB versi lelaki dalam Hidup Ini Indah, Brow yang akan bercerita tentang Patah Hati ala Lelaki.
“Sesuai visi dan misi Padmedia Publisher, kami akan terus menggaungkan semangat literasi. Menulislah agar kau akan selalu dikenang, karena menulis adalah prasasti,” tegas Wina.
Dalam peluncuran buku ‘Jejak Langkah Puan’ turut menghadirkan Vivid Sambas, ahli Hypnotherapy Klinis. Dalam kesempatan tersebut Vivid menyarankan untuk aktif menulis. Menurut Vivid, menulis adalah proses penyembuhan, atau yang biasa dikenal Writing is Healing.
“Sembuhkan diri dengan menulis. Dengan menulis kita bisa mengubah prestasi kita terhadap masalah. Kita akan mengalami proses mengakui masalah, menerima dan memeluknya secara utuh kemudian dapat memutuskan untuk melepaskan dan mengambil hikmah darinya,” jelas Vivid. (Red)
Sumber: kumparan.com
Discussion about this post