Linktodays.com – Martapura FC, klub kontestan Liga 2 2020, berganti nama menjadi Dewa United FC. Mereka yang semula berbasis di Kalimantan Selatan kini pindah ke Tangerang.
Tak dirinci sebab muasal mereka bertransformasi Martapura FC berganti nama menjadi Dewa United. Hanya, sudah bisa ditebak, klub yang berganti nama bisanya terjadi azas jual beli lisensi sepakbola.
Jual beli lisensi di Liga Indonesia sejatinya bukan sesuatu yang baru. Cara ini adalah jalan cepat untuk sebuah klub tak memulai dari divisi dari level terbawah atau Liga 3.
Ingat bagaimana klub Bhayangkara FC terbentuk? Klub beralias The Guardian ini juga hadir di level tertinggi sepak bola nasional karena membeli lisensi klub.
Ulasan sederhananya, klub ini bermula dari nama Persikubar Kutai Barat. Pada 2010, Persikubar mengungsi ke Surabaya. Bergerak atas nama PT Mitra Muda Inti Berlian mereka menamai diri menjadi Persebaya Surabaya.
Ini bukan tak menimbulkan polemik. Di Kota Pahlawan, Persebaya sudah berdiri sejak 1927 dan adalah klub paling besar di Surabaya dengan segala atribut sejarah yang mendukung.
Akhirnya, Persikubar sempat berganti nama beberapa kali. Mulai dari Persebaya DU, Persebaya, Persebaya United, Bonek FC, hingga Persebaya United.
Pada akhirnya, nama Persebaya tak lagi diusung. Kedatangan PS Polri, klub bentukan Kepolisian Republik Indonesia, menjadi titik di mana mereka menjadi Bhayangkara Surabaya United.
Pada Kongres PSSI 2017 atau dimulainya era Liga 1, Bhayangkara Surabaya United resmi berganti nama dengan Bhayangkara FC. Hingga saat ini, nama tersebut digunakan, termasuk di kompetisi 2020 yang ditunda karena pandemi corona.
”Sebagai penghargaan kepada 7 klub pendiri PSSI yakni PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, PSM Madiun, dan PPSM Magelang, ketujuh klub tersebut wajib melindungi seluruh aset sepak bola mereka.”
”Termasuk logo, domisili, dan warisan sepak bola lainnya di setiap waktu. Dan tidak melakukan perubahan (pengurangan atau penambahan) hal-hal tersebut dengan alasan apa pun.”
PSSI lahir dari kesepakatan 7 klub tersebut. Pada 1930, Soeratin Sosrosoegondo, menggelar pertemuan di Yogyakarta dengan tujuh klub Nusantara yang sepakat membentuk sebuah organisasi dan belakangan disebut Kongres Tahunan PSSI.
Adapun, nama-nama di atas sejatinya bukan nama awal. Sebab, klub-klub tersebut semula bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB).
Perubahan nama belakangan dilakukan di mana klub tersebut berasal. Mengambil contoh Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) adalah cikal bakal Persija Jakarta saat ini dan Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) adalah nama yang diusung oleh Persib Bandung.
Ketetapan yang tertuang di Statuta PSSI juga sejatinya amat dimaklumi. Sebab, bukan perkara mudah untuk ketujuh klub tersebut bisa mendirikan PSSI.
Sebetulnya, nyaris klub-klub Tanah Air ingin hadir dalam pembentukan PSSI. Namun demikian, sejumlah kendala ikut mewarnai kegiatan tersebut. Paling utama keterbatasan finansial dan transportasi untuk bertolak ke Yogyakarta. Alhasil, 7 perwakilan tim yang bisa hadir di malam pembentukan PSSI.
Baca Juga: Messi Cetak Rekor Baru, Meski Gagal Bawa Barcelona Berjaya Kontra Cadiz
Baca Juga: Piala Menpora 2021, Arema FC Siap Main di Surabaya, Guna Mencegah Lonjakan Fans ke Stadion
Sebetulnya, 7 klub tersebut bukan jadi yang tertua di sejarah sepak bola Indonesia. PSM Makassar adalah klub resmi pertama dan bisa disebut tertua karena dibentuk pada 1915. Namun demikian, seperti yang disebutkan di atas, perwakilan klub beralias Pasukan Ramang tersebut tak bisa datang.
Namun demikian, tujuh klub tersebut bisa saja berganti nama di kemudian hari. Dengan syarat, Statuta PSSI pada pasal tersebut harus direvisi dan disahkan lewat Kongres PSSI.
***
Discussion about this post