Linktdays.com – Sulteng. Korban penyerangan dan penganiayaan di Dusun Lewono, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, meminta pindah ke desa yang ramai dan aman dari lintas kelompok bersenjata. Selasa, (01/12/2020).
Hal ini disuarakan Astri Kandi (25), salah seorang korban selamat dari serangan kelompok MIT, pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewono, Desa Lembantongoa, Sigi.
Menurut Kandi, saat ini kondisi rumah mereka tidak aman jika ditinggali kembali. Apalagi rumah Kandi dan beberapa warga lainnya yang jadi korban penyerangan kelompok MIT Poso itu sudah ludes dibakar.
“Pokoknya kami minta pindah. Biar dibangunkan rumah lagi di Luwono, saya sudah tidak mau. Keinginan saya pindah kasian,” ucap Kandi.
Warga yang tinggal di pegunungan Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah itu mengaku ketakutan jika harus kembali pulang dan tinggal di Dusun Lewono.
Mereka juga berharap pemerintah kembali membangunkan rumah baru untuk mereka yang rumahnya dibakar.
“Tidak ada lagi barang-barangnya kami. Saya punya anak tiga masih kecil semua. Tidak mungkin saya tinggal di rumahnya orang terus dan makan di rumah orang terus,” tuturnya.
Kandi dan tiga anaknya yang masih berusia balita termasuk korban yang selamat dari penyerangan kelompok MIT Poso. Ia dan tiga anaknya lari menyelamatkan diri tanpa membawa barang-barang berharga.
“Hanya baju dibadan, bapakku dan suamiku sudah tidak ada. Anakku ini masih kecil-kecil semua. Kasian mereka kalau saya bawa tinggal di rumah orang,” kata Kandi.
Tidak hanya itu, Kandi juga berharap pemerintah memberikan bantuan pakaian kepada korban penyerangan yang saat ini mengungsi di rumah keluarga di Desa Lembantongoa.
“Tidak ada bajunya kami. Tidak ada barang-barang lagi,” sebutnya.
Terkait dengan penyerangan yang menyisahkan duka, Kandi punya harapan besar agar Polisi dan TNI terus melakukan pengejaran sampai pelaku ditemukan. Ia juga menginginkan Polisi-TNI melakukan pengamanan ketat di Desa Lembantongoa sampai semua DPO MIT Poso ditangkap.
“Saya hanya makan gaji di kebun. Sekarang tidak ada penghasilan, tidak tau mau kasih makan dari mana anak-anakku,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Lembantongoa, Deki Basalulu menambahkan ada 13 KK yang tinggal di Dusun Lewono berdekatan dengan TKP mengungsi ke Desa Lembantongoa Induk.
Sementara warga lainnya yang turut mengungsi sebanyak 36 KK di Desa Lembantongoa Induk dan di Dusun Tokelemo.
“Jadi total keseluruhan yang mengungsi sebanyak 49 KK. 13 KK yang mengungsi dari Dusun Lewono itu artinya yang fatal dan tidak ada lagi ditempati karena lokasinya dekat dengan TKP itu,” katanya.
Dijelaskannya, ada tujuh rumah yang dibakar, empat rumah ludes, dua rumah hanya terbakar dibagian dapur dan 1 rumah berukuran 4×6 adalah pos pelayanan yang dijadikan kelompok ibadah.
“Jadi warga yang mengungsi semua sudah ada di Desa Lembantongoa dan di Dusun Tokelemo SP 1,” kata Deki.
Katanya, sampai saat ini bantuan kepada pihak keluarga dan untuk para pengungsi sudah diberikan.
“Sebelum ada bantuan dari berbagai pihak, pemerintah desa sudah menanggulangi kebutuhan untuk pengungsi yang tidak punya apa-apa lagi,” sebutnya.
Tidak hanya itu, trauma healing pun sudah dilakukan di Kantor Desa Lembantongoa yang dilangsungkan dengan pemberian bantuan paket, diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Bantuan tambahan akan diberikan namun akan melakukan data kembali oleh kantor desa agar pembagiannya merata untuk warga transmigrasi,” kata Deki.
Baca Juga: Pembunuhan Satu Keluarga di Sigi, Diduga Balas Dendam Kelompok Teroris Ali Kalora
Baca Juga: Buru Pelaku Pembantaian di Sigi, TNI Kerahkan Pasukan Khusus
Baca Juga; Perburuan Kelompok MIT Poso Diperkuat ke Pegunungan Sigi, Sulteng
Selain meminta bantuan pakaian untuk korban yang rumahnya di bakar, Deki meminta ada empat titik pos yang beroperasi di daerah transmigrasi. Pos itu nantinya melakukan penjagaan dan pengamanan sampai pelaku penyerangan dan penganiayaan di Desa Lembantongoa ditemukan.
“Jadi jangan dihentikan pos penjagaan itu sampai pelaku didapat,” tegas Deki. (Red)
Sumbet: kumparan.com
Discussion about this post