Linktodays.com – Jakarta. Polisi melakukan reka adegan terhadap kasus aborsi di klinik Aborsi yang terletak di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Jumat (25/09/2020). Ada 63 adegan yang diperagakan oleh para pelaku. Adegan yang diperagakan ternyata dilakukan dengan cepat sekali.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Jean Calvin Simanjuntak mengatakan, mulai dari pasien masuk ke dalam ruang USG untuk mengecek kandungannya hingga ke ruang pemulihan hanya memakan waktu 15 menit.
“Asumsi yang kami dapat, dari persiapan si pasien masuk ke klinik sampai dengan pemulihan itu estimasi waktunya hanya 15 menit saja,” katanya dalam keterangannya, Jumat (25/09/2020).
Dia memaparkan setiap proses tindakan tersebut. Awalnya, pasien dicek dulu usia kandungannya. Klinik aborsi ini masih melayani pasien yang mau menggugurkan kandungan dengan usia maksimal 12 minggu. Selanjutnya kata Calvin.
Baca Juga: Polisi Kembali Bongkar Klinik Aborsi di Jakarta, Puluhan Ribu Janin Sudah di Gugurkan
Baca Juga: Ansor Pematangsiantar Desak Hefriansyah Harus Tanggungjawab & Copot Kepala RSUD Djasamen Saragih
Baca Juga: Satu Bulan Menjabat, Kapolres Takalar Ungkap 18 Kasus dengan 23 Tersangka
Setelah mengecek kandungannya dengan USG, pasien langsung ke tahap inti yaitu proses pengguguran kandungan dengan cara divakum. Proses ini hanya memakan waktu 5 menit. Sangat lah singkat, kemudian tahapan terakhir yaitu penghilangan barang bukti.
“Proses vakum hanya 5 menit, kemudian tahapan terakhir, penghilangan barang bukti. Di praktik ini dilakukan tanpa adanya bahan kimia, berbeda dengan tkp sebelumnya dilakukan tanpa adanya bahan kimia,” ujarnya.
Penghilangan barang bukti dibuktikan saat tim penyidik membuka septic tank yang berisi gumpalan darah hasil aborsi. Jadi setiap ada pasien yang diaborsi, asisten dokter bertugas membuang gumpalan darah hasil aborsi ke toilet yang ada di ruang tindakan.
Calvin juga mengatakan bahwa ada banyak fakta-fakta baru yang ditemukan di lapangan saat reka adegan. Fakta-fakta tersebut akan dikembangkan untuk mengungkap praktik serupa.
Selain itu, dia mengungkap, biaya dikenakan terhadap pasien beragam oleh klinik tersebut.
“Ternyata tiap pasien biaya yang dikeluarkan pembagiannya sangat bervariasi. Bila pasien datang dengan menggunakan website, pembagiannya adalah 50 persen untuk calo website itu,” ujarnya.
Dia menambahkan, bila pasien datang lewat website, potongan dikenakan adalah 40 persen untuk calo. Artinya, biaya untuk calo lebih besar daripada tim yang melakukan tindakan aborsi.
“Jadi kami dalami jaringan (calon web) aborsi yang ada. Karena kita melihat pastinya ada hubungan dan keterkaitan,” tegasnya.
Calvin menegaskan, mastermind dalam kasus aborsi ilegal ini adalah calon yang berada di balik website terkait. Karenanya, penyidik akan melakukan pendalaman untuk mengusut sindikat calo aborsi ilegal tersebut.
“Kami tim akan bekerja keras untuk membuat terang benderang rangkaian ini,” tutupnya. (Red)
Sumber: merdeka.com
Discussion about this post