Linktodays.com – NTT. Usai foto komodo mengadang truk di Pulau Rinca, kini muncul video komodo mau masuk ke komplek pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang dioperasikan PT PLN (Persero) di Desa Komodo, Pulau Komodo.
Menurut keterangan akun Save Komodo Now yang mengunggah video tersebut di Twitter, pembangkit tersebut adalah sumber listrik untuk warga Desa Komodo yang berjumlah sekitar 2.000 jiwa atau 500 KK.
Save Komodo Now mempertanyakan mengapa PLN dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) tak membangun pembangkit listrik dari energi terbarukan di Pulau Komodo.
“PLT Diesel ini dibangun di lokasi antara Desa Komodo dan Loh Liang, fasilitas wisata milik KLHK/BTNK. Posisinya persis di dekat konsesi PT KWE 151,9 hektar. Selain polusi suara PLTD juga penghasil emisi yang besar. Bukan kah ada banyak alterlatif energi ramah lingkungan untuk Komodo?” demikian pernyataan Save Komodo Now seperti dikutip dari kumparan.com, Sabtu (31/10/2020).
Akun tersebut juga menilai desain yang dibuat pemerintahan Presiden Jokowi untuk Taman Nasional Komodo perlu ditinjau ulang. “Seperti kata Profesor Emil Salim, jika dampak pengembangan pariwisata adalah rusaknya ekosistem habitat Komodo, ini sama dengan menyemblih ayam yang hasilkan telur emas,” katanya.
“Makin banyak bangunan-bangunan dan investasi bisnis di dalam habitatnya, makin banyak hal-hal tragis bagi Komodo terjadi. Komodo kita tidak sedang baik-baik saja,” lanjutnya.
kumparan pernah menyambangi PLTD Pulau Komodo pada Maret 2018. PLTD tersebut terletak tak jauh dari bibir pantai di Pulau Komodo. Berdiri sejak 2017, PLN memutuskan membangun PLTD di Pulau Komodo karena daerah ini belum teraliri listrik secara merata.
Di kompleks PLTD, ada 4 mesin diesel dengan kapasitas 300 Kilowatt (KW). Sejak Juli 2020, listrik telah menyala selama 24 jam di Pulau Komodo, dari sebelumnya 12 jam. Dengan peningkatan jam operasional ini, diharapkan sektor pariwisata bisa lebih berkembang. Juga membantu para penduduk yang umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Manfaat PLTD untuk Warga Pulau Komodo
Sebelum ada PLTD PLN, warga Pulau Komodo hanya mengandalkan diesel yang sudah rusak dan panel surya bantuan yang kini tak berfungsi lagi.
Kepala Desa Pulau Komodo, Akhsan, bercerita aliran listrik itu berasal dari diesel besar milik pengusaha lokal dari Labuan Bajo. Kata Akhsan, pengusaha hotel itu lalu menjual listrik dari diesel dengan harga Rp 6.000 per malam.
“Diesel dari pengusaha di Bajo itu jadi pertama kalinya listrik masuk ke sini, tahun 2011,” kata Akhsan kepada kumparan pada 29 Maret 2018.
Baca Juga: Viral, Seorang Koki Gagal Antraksi Lempar Adonan, Jadi Bahan Tawa Netizen
Baca Juga: Viral, Suami Banting Kompor Gas, Lantaran Istri Tak Masak Malah Asyik Senam
Baca Juga: Polda Metro Siapkan Skema Arus Balik Libur Panjang
Sayangnya, listrik dari diesel itu hanya mampu menerangi empat rumah warga di Pulau Komodo dari pukul 18:00 WITA hingga pukul 22:00 WITA. Belum lagi, listrik hanya bisa mengalir ke lampu-lampu rumah saja. Jadi jangan bayangkan bisa menonton TV di malam hari.
Diesel dari swasta ini bertahan hingga 2016. Penerangan dengan menggunakan diesel tersebut terhenti karena alat yang rusak dan dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan.
Pada 2015 sebenarnya Pulau Komodo mendapatkan bantuan panel surya yang cukup besar. Akhsan tak ingat berapa kapasitasnya, tapi energi yang dihasilkan dari tenaga matahari ini bisa menerangi rumah-rumah warga.
Akhsan mengungkapkan, panel surya ini merupakan program bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sayangnya, panel surya yang diletakkan di pinggir Pulau Komodo ini hanya bertahan dua bulan saja.
“Setelah dua bulan tidak bisa jalan lagi, rusak lah. Kita sudah lapor ke pusat juga, pernah ada semacam teknisi juga dari sana yang datang, tapi tetap enggak bisa berfungsi lagi,” ucapnya.
Listrik benar-benar bisa dinikmati warga Pulau Komodo saat PLN masuk pada 2017.
Sebelum PLN Masuk, Warga Bayar Rp 6.000 per Hari Buat Listrik 4 Jam. Fatimah begitu bahagia saat desanya di Pulau Komodo, Flores, Nusa Tenggara Timur mendapat listrik dari PLN pada 2017 lalu. Perempuan ini mengaku listrik baru benar-benar mereka rasakan manfaatnya saat PLN membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Dengan adanya PLTD ini, warga di Pulau Komodo hanya perlu membayar sekitar Rp 100 ribu per bulan dengan membeli token. Sebelumnya, mereka harus merogoh kocek Rp 6 ribu per hari untuk bisa merasakan terangnya lampu selama 4 jam.
“Itu cuma untuk lampu saja dan hanya dari jam 6 sore sampai jam 10 malam,” katanya mengenang saat ditemui kumparan di depan sebuah warung kelontong di Pulau Komodo, 28 Maret 2018.
Perempuan 41 tahun ini amat senang saat kabel listrik mengalir ke rumahnya. Dengan adanya listrik PLN, keluarganya hanya perlu membayar Rp 110 ribu per bulan dengan daya listrik 2.200 Volt Ampere (VA).
Dari biaya Rp 110 ribu per bulan itu dia sudah bisa menggunakan lampu rumah lebih dari 3 buah, menonton televisi, masak pakai rice cooker, kipas angin. Fatimah juga sangat terbantu karena di rumahnya sudah bisa menggunakan mesin cuci.
“Padahal dulu kalau kita bayar Rp 6 ribu per malam, sebulan sekitar Rp 180 ribu. Itu cuma buat lampu saja. Kalau mau nonton TV, enggak beres gambarnya. Sekarang ada mesin cuci. Kita bisa nyuci sambil masak, berbarengan,” ujarnya.
Begitu pun dengan Indah. Janda beranak satu ini mengaku tak menyangka desanya bisa terang di malam hingga pagi hari. Indah mengaku ketika diesel dari pengembang swasta rusak, dia memutuskan membeli panel surya di Labuan Bajo. Panel surya berukuran kecil yang dipasang di atas genteng rumahnya itu dibeli dengan harga Rp 3,5 juta.
“Sudah pakai ini setahun setengah. Tapi cukup buat lampu saja. Buat yang lainnya enggak bisa karena harus ada alatnya lagi. Itu harus beli Rp 700 ribu di Bajo, saya enggak sanggup,” ungkapnya.
Fatimah dan Indah menjadi dua dari banyak warga di Pulau Komodo yang mendapat berkah dari keberadaan listrik PLN.
Listrik membantu menggerakkan roda perekonomian setempat. Penduduk setempat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan jadi terbantu oleh penerangan usai melaut di malam hari. (Red)
Sumber: kumparan.com
Discussion about this post