Linktodays.com – Jawa Timur. Viral kisah seorang pendaki bertemu dengan seorang petapa di puncak Gunung Wilis, Jawa Timur. Cerita itu diunggah oleh akun Facebook Mas Ari Purnomo Adi pada Minggu (31/08/2020). Unggahan itu kemudian dibagikan di sejumlah grup pendaki gunung hingga kemudian viral.
Dalam postingannya itu, Ari menceritakan, ia bertemu dengan petapa bernama Hamzah (47). Pria yang berasal dari Tulungagung, Jatim, itu telah bertapa di Puncak Trogati Gunung Wilis selama 2,5 tahun.
Ari (44) mengatakan, ia tak sengaja bertemu dengan petaba itu. Ia bersama timnya mendaki Gunung Wilis untuk mencari jejak habitat harimau Jawa. Selain itu, ia juga untuk meneliti suksesi (perubahan ekosistem) setelah sebagian area gunung tersebut terbakar.
Baca Juga: Tempat Pesta Gay di Apartemen Kuningan Jaksel Disegel Polisi
“Kita enggak menyangka. Berangkat Sabtu (30/08/2020) pagi. Sampai Puncak (Trogati) Wilis jam 08.00 WIB sampai puncak di situ ada gubuk di dalam ada penghuninya, kenalan sama Pak Hamzah,” tutur Ari, Rabu (02/09/2020) seperti dilansir dari kumparan.com
Ari dan timnya sempat mengobrol dengan Hamzah sekitar 30 menit. Pria itu kemudian menceritakan mengapa ia memilih bertapa di tempat tersebut.
“Kalau Pak Hamzah bertapa sudah 20 tahun, pindah-pindah, pindah ke Trograti, 2,5 tahun. Dia memang belajar dari banyak guru. Salah satu gurunya bertapa di Trogati. Beliau mengamalkan ilmunya sekaligus napak tilas kegiatan gurunya,” tambah Ari.
Karena bertapanya sudah dalam jangka waktu yang lama, Ari kemudian bertanya bagaimana Hamzah memenuhi kebutuhan makan dan air. Sebab, di area puncak tersebut tidak ada mata air.
“Secara periodik turun, ngambil perbekalan. Biasanya tiwul (tepung singkong). Tidak makan nasi dan tidak makan daging,” tegas Ari.
Untuk menyambung makanan, lanjut Air, Hamzah juga mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan yang ada di area gunung itu. Seperti, bayam gunung, sawi gunung, selada air, dan gingseng.
“Terus air, tidak ada mata air, (Hamzah) turun ke jurang di sebelah kanan kiri tempatnya, ada jurang, di situ ada mata air,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post