Linktodays.com – Depok. Satuan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Depok, menyelidiki data pasien corona yang ditolak 10 rumah sakit dan meninggal di taksi online.
Jubir Satgas COVID-19 Kota Depok Dadang Wihana mengatakan informasi itu hingga saat ini belum didapatkan secara detail oleh institusinya.
“Kami sedang telusuri, mohon dibantu untuk data pasien dan rumah sakitnya mana saja,” ujar Dadang, Senin (18/01/2021).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita menuturkan institusinya hingga saat ini juga masih mencari informasi dan data pasien itu.
Bahkan Novarita menganggap informasi pasien yang mendapat penolakan 10 rumah sakit terkesan tertutup. Padahal dia ingin mengetahui untuk melakukan tindak lanjut kebenaran.
“Sumbernya sudah ada nama dokternya, namun diberikan lagi kepada orang lain. Kayaknya tertutup banget datanya,” ucap Novarita.
Novarita menuturkan, Dinkes Kota Depok ingin mengetahui lebih detail terkait tujuan informasi yang diberikan. Pemberi informasi relawan tim BantuWargaLaporCovid19.
“Saya ingin tau motivasinya apa kalau tujuannya untuk perbaikan kan kita harus tahu datanya supaya jelas, apa karena tidak ada perhatian atau pergi ke rumah sakit karena inisiatif dan tidak sabar menunggu. Memang sekarang ini IGD ramai banget, mungkin dia nyari sampai 10 rumah sakit,” kata Novarita.
Sebelumnya, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dan LaporCovid-19 mengeluarkan keterangan tertulis yang menyebut seorang keluarga pasien di Depok melaporkan, pada 3 Januari 2021, anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan Covid-19.
Informasi itu disampaikan oleh dokter Tri Maharani, relawan tim BantuWargaLaporCovid19.
Baca Juga: Update Kasus positif COVID-19 Indonesia bertambah 11.287 jadi 907.929 kasus
Baca Juga: Soal Utang Pemerintah yang Sudah Tembus Rp 6.000 Triliun, Ini Kata Sri Mulyani
Baca Juga: Bus Pembawa Pasien Corona Terguling di Tol Jagorawi
“Saya membawa ke 10 rumah sakit namun mendapatkan penolakan karena penuh,” ujar Maharani, saat dihubungi.
Maharani saat dikonfirmasi kapan peristiwa itu terjadi dan di daerah mana, dia tak menjelaskan secara detail. Dia berdalih data pasien menjadi prioritas yang harus dilindungi. (Red)
Sumber: Kumparan.com
Discussion about this post